Dewasa ini, kebudayaan Barat sudah mendominanisasi segala aspek. Segala
hal selalu mengacu kepada Barat. Peradaban Barat telah menguasai dunia.
Banyak perubahan-perubahan peradaban yang terjadi di penjuru dunia ini.
Kebudayan Barat hanya sebagai petaka buruk bagi Timur. Timur yang selalu
berperadaban mulia, sedikit demi sedikit mulai mengikuti kebudayaan
Barat.
Secara timbal balik, tiap peradaban akan berpengaruh satu sama lain.
Hukum sosial berlaku bagi semua peradaban. Peradaban yang maju, pada
suatu masa, cenderung memiliki perngaruh yang luas bagi
peradaban-peradaban lain yang berkembang belakangan.
Dengan Menelusuri kondisi sosial di barat saat ini akan bisa diketahui
berbagai perilaku dan sikap barat terhadap dunia lain. Sikap agresif
barat terhadap dunia lain disebabkan karena ketertinggalan mereka dahulu
dengan peradaban dunia lainnya yang bergerak dinamis selama berabad –
abad dalam pergaulan antar peradaban. Sedangkan dunia barat lebih banyak
bergulat dalam dunia mereka sendiri dan terkucil dari peradaban lain di
belahan dunia. Ketertinggalan atau keterasingan itu menyebabkan terjadi
jurang yang lebar dan terjal dalam peradaban barat terhadap dunia –
dunia lainnya, sehingga pada suatu saat barat berusaha untuk menutupi
jurang – jurang itu dengan berbagai cara, termasuk didalamnya perang
peradaban yang dilancarkan barat sejak berabad – abad silam. Perang
peradaban barat itu antara lain adalah usaha barat untuk menutupi
ketertingalan dan keterasingannya dengan dunia lainnya. Disamping itu,
ada kepentingan - kepentingan politiknya yang sangat agresif.
Agresifitas politik barat ini tidak disanksikan selama berabad – abad,
telah terjadi pergaulan antar bangsa dan peradaban. Dan semua itu
berlangsung dengan damai. Siapa yang ingin meniru maka tirulah, dan
siapa yang tidak ingin meniru maka hargailah. Begitulah kondisi
peradaban saat ini.
Maka dengan gencarnya, para pemuka-pemuka kebudayaan memperkenalkan
peradaban masing-masing negara. Terlebih lagi negara barat yang selalu
mempublikkan kebudayaan mereka. Maka disini penulis hanya memaparkan
pengaruh kebudayaan terhadap kebudayaan negara timur khususnya negara
kita.
A. TERHADAP ILMU PENGETAHUAN
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada hakikatnya diharapkan
dapat membawa dampak positif bagi terciptanya masyarakat moderen yang
menghargai kebudayaan tradisionalnya. Dengan ilmu pengetahuan masyarakat
akan berubah dari kondisi sebelumnya menjadi masyarakat yang moderen.
Selain itu ilmu pengetahuan setidaknya menjadi komponen penting yang
dapat membawa masyarakat menjadi paham mengenai apa yang hendaknya
dipertahankan sebagai warisan masa lalu.
Perkembangan terknologi, terutama masuknya kebudayaan asing (barat)
tanpa disadari telah menghancurkan kebudayaan lokal. Minimnya
pengetahuan menjadi pemicu alkulturasi kebudayaan yang melahirkan jenis
kebudayaan baru. Masuknya kebudayaan tersebut tanpa disaring oleh
masyarakat dan diterima secara mentah. Akibatnya kebudayaan asli
masyarakat mengalami degradasi yang sangat luar biasa.
Dari ilmu pengetahuan yang berasal dari barat, memang sekilas kita
pandang maju dan modern, tetapi dibalik itu ada unsur politik yang
membuat kita kedalam penjajahan budaya. Seperti yang akan kita kupas
dari beberapa segi nantinya. Pada dasarnya barat ingin menguasai dunia
dengan kemajuan pemikiran mereka. Banyak cara yang mereka tempuh seperti
banyaknya teori –teori yang keliru dan belum ada titik terangnya dalam
ilmu pengetahuan. Seperti teori alam semesta, teori budaya bebas yang
mengacu kepada hak asasi manusia, dan ada pula teori politik yang
membuat manusia keperadaban yang lebih rendah.
Kemajuan pemikiran mereka bila dipandang dari segi teknologi, memang
sangat membantu kita kepada kemudahan-kemudahan hidup. Tetapi dengan
kemudahan-kemudahan itu barat juga memasuki unsur pengrusakan
budaya-budaya suatu negeri dengan kebudayaan mereka. Ada beberapa
pengaruh kebudayaan barat yang bisa kita lihat terhadap ilmu pengetahuan
secara global, yakni :
1. Dari Segi Ekonomi dan Politik
Pada akhir-akhir abad XIII penemuan-penemuan tekhnik industri, dan
berhasilnya pelayaran Colombus dan Vasco Da Gama, memberikan bangsa
eropa kekuasaan setrategis di laut samudra, hal ini menyebabkan revolusi
industri eropa menjadi penguasa ekonomi di seluruh dunia. Dari sini,
dimulailah usaha menghancurkan tata nilai dan norma-norma budaya Islam
ataupun dunia. Penjajahan dengan kekuatan militer selama berabad-berabad
tidak banyak memberikan hasil, namun dengan ekspansi industri secara
massal membuat bangsa-bangsa timur menjadi tercengang, yang menuntut
perubahan cara berfikir dan mental generasi dunia dari masa ke masa dan
akhirnya tanpa disadari kecendrungan meniru dan mempelajari
metode-metode perekonomian dan ilmu pengetahuan barat yang nota bene
bertentangan dengan syari’at islam sangat kuat.
System ekonomi sosialis dan kapitalis tidak dapat ditolak oleh dunia
timur, sehingga upaya menghilangkan system ekonomi islam hampir berhasil
dengan sempurna, penghormatan terhadap hukum riba misalnya, telah
dianggap menghambat laju perekonomian. Cengkraman perekonomian ini
semakin kuat dengan cara damai, Investasi barat dan konsesi ekonomi
menjadikan timur sebagai bangsa terjajah yang berkepanjangan. Dan
sentuhan ekonomi kolonialisme dan kapitalisme lambat laun mengacaukan
etika kehidupan.
Eksploitasi kekayaan dan investasi modal seakan menghentikan pergerakan
dan peduli social budaya. Dan kekuatan-kekuatan negeri timur takluk dan
tunduk di atas kertas. Tahap ekonomi agaknya factor yang lebih penting
dan lengkap. Tetapi lebih umum penjajahan yang dimulai dengan proses
ekonomi yang esensiil, terkenal dengan “ perembesan damai “. Ia
memperoleh cengkraman finansiil dalam bentuk pinjaman dan konsesi atas
negeri timur, yang selama ini merdeka dari modal barat, yang membawa
kepada terwujudnya kendali politik. Kenyataan tersebut berlaku pada
semua negeri timur, tidak terkecuali Indonesia. Dominasi ekonomi barat
sangatlah kuat, ekonomi syariah yang berabad-abad telah diterapkan mulai
terpinggirkan kedaerah pedalaman di desa-desa terpencil. Dan orang
timur mulai mencintai produk barat secara damai, tanpa berpikir bahwa
mereka akan ditelanjangi dari norma-norma dan aqidah islam.
Factor yang tak dapat di bantah, pada umumnya orang-orang timur sendiri
lebih suka membeli barang-barang produksi barat dari pada memakai hasil
negaerinya sendiri. Buat orang barat, hal ini terasa suatu keanehan,
mereka tidak mengerti, mengapa orang timur lebih suka barang-barang
buatan barat yang murah, tetapi bentuk dan mutunya yang khusus dibuat
untuk pasaran timur, dibanding dengan barang-barang buatan dalam negeri
sendiri yang lebih baik mutunya dan amat bagus buatannya. Jawabannya
yang sebenarnya ialah, oleh karena orang timur umumnya tidak mengerti
tentang mutu seni barang, dan hanya melihat kepada kemajuan teknologi
dan budaya barat yang saat ini telah mendunia.
Dari kenyataan di atas, kita tidak dapat menafikan, bahwa mayoritas
negeri timur telah terperangkap dalam penjajahan ekonomi dan budaya,
begitu pula dengan negeri ini. Contoh riil adalah di bidang ekonomi,
system ekonomi kita yang sangat keras, seakan tidak memberikan peluang
bagi usaha kecil untuk berkembang. Prinsip ekonomi ini sangat
bertentangan dengan prinsip ekonomi islam yang sangat memperhatikan
aspek social dan keadilan. Agama ini melarang praktek transaksi ekonomi
yang mengganggu keserasian hubungan antara anggota masyarakat. Di
samping itu islam menetapkan bahwa dalam harta milik pribadi terdapat
hak orang yang membutuhkan yang harus disalurkan kepada mereka, baik
dalam bentuk zakat maupun sedekah dan lain sebagainya.
Kekerasan ekonomi yang ditanamkan oleh barat telah melupakan kita, bahwa
selain bertanggung jawab kepada pemilik modal (investor) atau pemegang
saham, kita juga akan dimintai pertanggung jawaban di hadapan Allah
nanti di Yaumul Qiyamah. Ini adalah bentuk penjajahan yang hingga saat
ini belum merdeka, ketimpangan-ketimpangan ekonomi dan kesenjangan
social terjadi di semua lapisan masyarakat, sebagai akibat dari
maskulinitas system perekonomian yang telah jauh menyimpang dari
kaidah-kaidah islam.
2. Dari Segi Sosial dan Budaya
Jauh sebelum kebudayaan barat masuk ke bumi pertiwi, kebudayaan kita
jauh lebih berperadaban. Hidup bermasyarakat dengan norma-norma
kesusilaan telah dahulu ada di peradaban negara kita. Saat ini,
kebudayaan itu sedikit demi sedikit mulai terkikis.
Kita juga tidak dapat berpaling dari kenyataan penjajahan budaya barat.
Bahwa bangsa ini selalu demam dengan trend-trend barat yang asusila.
Satu contoh saja kita ambil. Ketika orang-orang barat menyelenggarakan
kontes ratu sejagat misalnya, maka dengan antusias Negeri timur
mendelegasikan wanita-wanita terhormatnya untuk ditelanjangi, Cuma
karena takut dikatakan terbelakang dan tidak modern. Belum lagi
desain-desain busana wanita yang sangat tidak menghargai keindahan tubuh
wanita, kemolekan tubuh wanita yang seharusnya ditutupi, dieksploitasi
ke setiap sudut mata memandang. Ini salah satu bentuk penjajahan budaya
bukan? Sungguh ironis memang.
Dan yang lebih ironis lagi, Budaya berpakaian bebas, kadang membuat
generasi kita tergiur. Dari pemikiran barat yang mengacu kepada
kebebasan hak asasi manusia dan kebebasan berekspresi membuat kita
ikut-ikutan. Sebagian dari kita menganggap teori hak asasi manusia ini
sebagai suatu keadilan.
Munculnya pemilihan Miss Universe sebagai ajang internasional pada tahun
1952, motif utamanya adalah bisnis. Perusahaan Pasific Mills
menyelenggarakan acara itu untuk mempromosikan pakaian Catalina. Pada
tahun1996, Donald Trump membeli hak kepemilikan kontes ini yang kemudian
ditayangkan CBS dan pada tahun 2003 beralih ke NBC, yang tentunya
sangat kental dengan kepentingan bisnis. Demikian pula di Indonesia,
kontes ratu-ratuan ini yang dimobilisasi oleh perusahan kosmetik Mustika
Ratu dan Marta Tilaar, hanyalah untuk mempromosikan produknya, sehingga
wanita Indonesia akan tergila-gila kosmetik. (Buletin Sidogiri. hal 13
edisi 20 Rajab 1428 H).
Dikatakan “kontes tersebut diantaranya bertujuan mendongkrak citra
bangsa di hadapan dunia, bagian dari keterbukaan dan kebebasan hak
asasi, pemilihan putri tidak hanya mengandalkan kecantikan, tapi
kecerdasan dan sopan santun”. “ Perekonomian nasional bisa hancur akibat
dari UU APP ini “ ujar Poppy Darsono, penasehat Asosiasi Perancang
Pengusaha Mode Indonesia (APPMI) yang diikuti oleh Ikatan Perancang Mode
Indonesia (IPMI), Asosiasi Pemasok Garment Aksesori Indonesia (APGAI),
Pengusaha Retail Indonesia (APRINDO), Asosiasi Manufaktur Indonesia
(AMI),Asosiasi Perstektilan Indonesia (API) dan Asosiasi Pengelola Pusat
Belanja Indonesia (APPBI). (AULA, hal: 16, edisi April 2006).
Apapun alasan yang dijadikan justifikasi dalam ajang tersebut hanyalah
sebuah usaha menelanjangi norma-norma negeri timur dan usaha
melegitiminasi penjajahan terhadap budaya islam. Karena mendongkrak
citra bangsa, kebebasan hak asasi, kecerdasan suatu bangsa dan sopan
santun ataupun peradaban yang modern tidak bisa dipresentasikan dengan
seorang gadis atau wanita yang tidak punya rasa malu untuk telanjang di
hadapan dunia. Ini adalah bukti kebodohan yang tidak pernah mengerti
tentang tata nilai dan kehormatan sebuah bangsa.
B. TERHADAP KEBUDAYAAN TRADISIONAL
Seiring perkembangan zaman, era masyarakat modern kini cenderung lebih
mengakar pada budaya Barat yang dianggap lebih berkualitas. Semangat
zaman dengan pengaruh Barat ini, sudah dianggap sebagai ciri kemodernan
atau sebagian dari ekspresi kebudayaan terkini.
Berdasarkan atas peristiwa paradigma budaya yang ada di daerah kita,
kita harus prihatin dan juga perlu memberi buah pikir kepada masyarakat
tentang budaya daerah lokal sangatlah penting. Dengan demikian kita
dapat meneladani para nenek moyang kita terdahulu yang telah susah payah
membuat suatu budaya yang telah tercipta dan tidak terpikirkan oleh
kita betapa sulitnya membuat budaya yag mempunyai nilai estetika yang
tinggi.
Melihat fenomena Indonesia bahwa tentang modernisasi, dan pengaruh
Negara maju. Banyak efek atas keberlangsungan pembangunan Indonesia.
Secara system memang Indonesia sudah lebih maju, namun dari kemajuan itu
baik dari pendidikan,social, dan tekhnologi. Para pelakunya tidak
pernah memperhatikan efek dari kemajuan itu, utamanya bagi masyarakat
yang belum siap mengikutinya dan juga para generasi muda.
Jelas SDA dan SDM akan semakin lemah dan berkurang karena didalam
pembagunan itu sendiri konteks Indonesia tidak memperhatikan etika
pembangunan. Bahkan adanya tuntutan kemajuan semakin lama semakin tidak
bisa mengelola dan mengaturnya. Contoh satu juga kita ambil seperti
pemilihan Presiden. Ternyata uang yang banyak dibuang secara sia-sia.
Mengapa uang itu tidak untuk pemberdayaan masyarakat. Artinya pemilu
demokrasi sah-sah saja akan tetapi jangan terlau banyak mengeluarkan
uang Negara hanya untuk acara yang sesaat.
Negara kita yang dikategorikan negara berkembang sebenarnya belum siap
dengan kemajuan yang berasal dari pemikiran barat. Barat yang dengan
seluruh kebudayaannya mendukung berjalan kemajuan mereka. Tetapi kita
yang masih memakai kebudayaan timur, dan sedikit banyaknya telah
tersusupi oleh pemikiran barat malah menjadi kacau balau. Masyarakat
belum siap menghadapi perubahan sosial.
Masuknya modernisme dan hegemoni Negara adidaya yang masuk ke-Indonesia
menjadikan budaya yang tercipta di Indonesia kini sudah seakan-akan
mulai luntur, berbagai kesempatan orang asing memasuki Indonesia,
mengakibatkan terberangusnya budaya yang ada (tradisonal) seperti gotong
royong, norma-norma, etika, estetika alam dan solidaritas terkikis
perlahan-lahan sehingga terjadi renggangnya budaya kebersamaan.
Budaya barat yang di bawa oleh orang barat mengakibatkan orang Indonesia
terluluh lantahkan untuk mengikuti budaya tersebut. Pola hidup yang
sifatnya sesaat, nafsu dunia, mengakibatkan dekadensi, baik moral, seni
dan lainya. Budaya tradisional akhirnya kalah menarik, mereka lebih
tertarik mengembangkan budaya asing yang serba seksi dan enggan dengan
budaya yang kuno ( tradisional). Makanya tidak salah dibalik kemajuan
Indonesia sebetulnya mengalami kemunduran terutama dibidang SDA dan
SDM-nya. Karena tidak ada perkiraan dalam jangka panjang ( kurangnya
etika dalam pengelolaan dan pelestarian itu sendiri).
Padahal yang tradisional jika masyarakat bisa berfikir dengan akal
sehatnya bahwa budaya yang tradisional apabila dikembangkan maka mampu
menarik budaya disekitarnya untuk mengikutinya. Dengan rasioalisasinya
menjaga dan terus melestarikan budaya itu. Namun tidak sepenuhnya dengan
mempertahankan budaya yang ada akan mampu menciptakan perubahan. Karena
kita tau ada kemungkinan terciptanya sebuah perubahan lewat dua factor
penting ini, pertama faktor internal, kedua faktor eksternal.
Indonesia mendambakan pembangunan baik ekonomi, pendidikan, stabilitas
social dan politik. Secara umum Pembangunan adalah merupakan suatu upaya
bagaiamana memajukan suatu tempat sehingga strata dengan tempat yang
sudah dianggap maju. Baik itu ekonomi, pendidikan, politik, dan budaya.
Seperti di Negara Eropa, cina dan Negara yang berkembang lainya. Ketika
kita mencoba melihat pada daerah terpencil ( desa-desa) yang hanya bisa
melihat sebuah perkembangan sains dan tekhnologi. Maka pembangunan
dianggap suatu malapetaka. Mengapa malapetaka, karena ia mempunyai
asumsi dasar bahwa sulit untuk mengikuti pola hidupnya. Terutama dalam
dunia pendidikan, disebabkan karena ekonomi lemah. Pembangunan yang
memiliki orientasi materi maka seseorang atau masyarakat untuk mengikuti
negara yang sudah maju terutama dibidang ekonomi maka dibutuhkan
kreatifitas yang tinggi pada setiap personal. Tangguh, siapa bermain dan
bersaing didunia modern ini.
Budaya asing yang masuk keindonesia menyebabkan multi efek. Budaya
keindonesiaan perlahan-lahan semakin punah.berbagai iklan yang
mengantarkan kita untuk hidup gaul dalam konteks modern dan tidak
trsdisional sehingga memunculkan banyaknya kepenctingan para individu
yang mengharuskan berada diatas kepentingan orang lain. sehingga yang
terjadi sifat individualisme semakin berpeluang untuk menjadi budaya
kesehariannya. Ini semua sebenarnya terhantui akan praktik budaya yang
sifatnya hanya memuaskan kehidupan semata.
Dalam teori modernisasi dinyatakan bahwa setiap Negara harus melakukan
spesialisasi produksi sesuai dengan keuntungan komfaratif yang
dimilikinya. Negara-negara dikatulistiwa yang tanahnya subur, misalnya,
lebih baik melakukan spesialisasi dibidang produksi pertanian. Sedangkan
dibumi sebelah utara, yang iklimnya tidak cocok untuk pertanian,
sebaiknya melakukan spesialisasi produksi dibidang Industri.Mereka harus
mengembangkan tekhnologi, untuk menciptakan keunggulan komparatif bagi
negrinya.
Ada dua permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat dunia, termasuk
didalamnya Indonesia yaitu masalah sosial politk dan masalah ekonomi.
Maka dari dua masalah ini sangat rumit untuk diselesaikan dikarenakan
banyaknya kepentingan yang terselubung dalam masalah diatas maka tidak
salah ada sebuah ungkapan dalam suatu masyarakat yang menginginkan
kesejahteraan. Bahwa masyarakat akan percaya pada pemerintah apabila ia
mampu mejaga kestabilan ekonomi yang secara generalnya mampu menjaga
proses jalannya ekonomi itu sendiri lebih lebih dalam suaka politik yang
didalamnya berbagai kepentingan terselubung bahkan dalam politik ini
membutuhkan kejelian dan kejeniusan dalam melihat sebuah fenomena baik
itu kaitannya politik, budaya, ekonomi, pendidikan dan lain sebagainya.
Semua itu mempunyai misi yang sama ingin menciptakan sebuah perubahan.
Walaupun cara yang ia gunakan sangat beragam. Pada akhirnya, sejarahlah
yang akan membuktikannya nanti.
SUMBER :
http://isdstai.blogspot.com/2009/03/pengaruh-budaya-barat.html